Sabtu, Oktober 27, 2007

Mengapa ya, Manusia senang sekali berseteru?

Pilkada. Tiba-tiba menjadi sebuah peristiwa yang harus dihadapi setiap tahun oleh bangsa yang selalu menderita ini. Bangsa ini terus-terusan sakit tatkala peristiwa ini dilakukan. Kenapa tidak, dana-dana yang digunakan oleh para calon saat berkampanye yang jumlahnya sebenarnya bisa membuat pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan baru yang bisa lebih membuat sejahtera, harus dibuang sia-sia. Kaos, baju, selebaran, spanduk, pembagian sembako, hadiah dan juga dan segar mengalir saja, tanpa bisa memberikan manfaat , dan tidak meninggalkan jejak. Kecuali sebuah kenangan. Mungkin?

Hari ini…kalau di data, dari 10 pilkada yang terjadi, 4 – 5 pilkada kemungkinan akan menimbulkan chaos. Kalau tidak menimbulkan ke kacauan, paling tidak akan menimbulkan ketegangan berkepanjangan di daerah tersebut. Baik pra maupun pasca pilkada. Karena adanya pihak yang berlawanan dan juga kalah setelah pilkada.
Wajar saja, di tengah-tengah turnya di beberapa daerah pasca lebaran kemarin termasuk di Palembang 17-18 Oktober lalu, JK (Jusuf kalla – wapres Indonesia, bukan Jarwo Kuat dari republik BBM), terus mengingatkan bangsa ini, jangan hanya memikirkan soal pilkada. Capeee…deh…mungkin itu istilah yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh JK, menyikapi orang-orang yang hanya memikirkan soal pilkada. Kemenangan dan kejayaan kelompoknya sendiri.

Banyak hal yang bisa dipikirkan selain soal pilkada. Dengan pilkada mungkin menurut Kalla, bangsa ini kebali ke belakang. Orang-orang hanay memikirkan soal kekuasaa…kekuasaan..dan kekuasaan..Tanpa lagi memikirkan soal pembangunan.
Kalaupun dia menang pada pilkada tersebut. Di tahun kedua dan ketiga, kembali dia sudah memikirkan untuk memenangkan kembali pertaruhan pada pilkada berikutnya. Tebar pesona disana-sini. Jadi waktu efektifnya untuk membangun hanya 2 tahun, Itupun digandeng dengan kemungkinan mencari pengganti uang mereka yang telah habis digunakan selama kampanye. Ya begitu…Sementara banyak hal sebenarnya yang bsia dilakukan, seperti diingatkan oleh JK. Belum lagi ketika pra kampanye, janji-janji kecap akan keluar dari para calon, yang selalu menyatakan memajukan rakyat (kecil). Namun setelah jadi, rakyat ditolehpun tidak…..

Hari ini, bangsa ini disodorkan dengan kekacauan pada pilkada Provinsi Maluku Utara. Tulisan ini dibuat, ketika proses pilkada ini hampir mendekati hari pemungutan suara. Berapa banyak kerugian yang telah dialami masyarakat disana. Dan yang bentrok adalah masyarakat kecil yang mungkan hanya dibayar sekiar ribu rupiah. Mereka berani bertaruh raga demi orang-orang yang belum tentu nantinya akan memikirkan mereka.

Hari ini juga, di Provinsi saya Sumatera Selatan, dan kota saya Palembang, akan menghadapi 10 pilkada. Bayangkan betapa jemunya masyarkat akan disuguhi atraksi-atraksi jual kecap dari para calon. Walaupun sebagian mereka mungkin memang benar akan mewujudkan itu. Namun sebagian lain, hanya akan memperkaya diri sendiri ataupun sekedar hanya ingin mencatat sejarah dalam kehidupan mereka saja.

Para calon tersebut saat ini telah tebar pesona. Masyarakat kecil terus dirangkul. Tukang becak, pedagang kaki lima, tukang ojek, sopir bus kota, dan yang lain. Terus dimobilisasi dan mendekalarsikan diri untuk mendukung para calon.
Media massa dibayar agar foto dan kegiatan mereka tampil terus dengan tajuk advetorial, inforial, dan rial…rial yang lain. Ada lagi yang sudah terang-terangan mendukung calon-calon yang akan bertarung, dan selalu menyoroti kinerja calon-calon lainnya. Tentu saja dengan mencari-cari kesalahan mereka.
Belum lagi center-center yang didirikan oleh para calon, juga telah menjamur.

Dan ketegangan telah muncul saat ini.

Di tingkat bawah…pernah beberapa orang yang lagi menempelkan foto salah satu calon, dikeroyok masyarakat setempat yang di duga menjadi basis massa bakal calon lain.

Ada lagi, saat deklarasi salah seoarang bakal calon gubernur, orang-orang dari bakal calon yang lain sibuk membagi-bagikan leaflet calonnya tersebut. Jadilah dia juga di habisi “preman-preman” yang sedang menjaga deklarasi terbsebut.

Belum lagi, perang panduk, juga perang kata-kata sudah mulai kerap terjadi.

Mungkin satu kata yang bisa mewakili semuanya itu :
Capeee…dehh…….!!!!!

Tidak ada komentar: