Kamis, Mei 22, 2008

Tak Perlu ada judul

Ini hari-hari berat bagi semua orang. Ya, di bayang-bayangi kenaikan harga BBM. Masyarakat sepertinya hanya bisa pasrah. Ya, mau bagaimana lagi. Air mata sudha sangat kering di pelupuk. Pinggang sudah terlampau kurus untuk diikatkencangkan.

Apalagi ini, Pemerintah gagal sepertinya memakmurkan rakyatnya. Padahal mereka memiliki legitimasi untuk mensejahterakan rakyatnya. Tak ada satupun yang mampu menggoyangnya. Tapi ternyata SBY terlalu takut untuk melangkah maju. Dia memang peragu.

Negeri ini memang saat ini pembangunannya tak jelas. Tak ada arah pembangunan. Harus diakui, Orde baru masih menang ternyata dari sudut pandang ini. Mereka punya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai arah, dan PELITA sebagai tujuan.

Sementara pemerintah saat ini, tak jelas arah dan tujuannya.

Pasca Soeharto, satu-satunya pemerintah yang berhasil adalah BJ Habibie. Sayang, pemerintahannya terlalu singkat. Namun Habibie legowo. Dia memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada yang lain untuk maju.

Dia tidak mengganggu setelah itu.

Sayang, Gus Dur, Megawati dan SBY, sibuk dengan urusan mereka sendiri. Padahal rakyat sudah percaya sama mereka. Cuma ternyata mereka tidak percaya sama rakyat. Anda setuju?

(kira-kira kena UU ITE gak ya, karena dianggap mendiskreditkan pemerintah. Semoga tidak)

Tabik

Minggu, Mei 04, 2008

Sebenarnya Saya Ingin

Saya sebenarnya sudah lama memimpikan punya Blog. Tadinya, dengan adanya blog ini saya bisa mencatat dan menceritakan semua hal. Tapi ternyata tidak juga. Padahal saya berkutat dengan computer setiap harinya. Banyak hal yang ingin saya tuliskan, tapi saya ternyata tidak mampu menuangkannya dalam blog saya tersebut.

Banyak hal yang harus saya pertimbangkan. Terutama mungkin soal pekerjaan dan sebagainya. Saya juga merasa belum perlu menegaskan siapa saya. Saat ini saya hanya ingin sendiri saja. Bercerita sendiri saja. Syukur-syukur ada yang membaca. Seperti halnya Bung Zen, si pejalan Jauh. Terima kasih telah mampir ke rumah ku. Saya juga sebenarnya selalu membaca tulisan-tulisan anda Bung. Apalagi kalau bercerita tentang kematian. Sangat indah.

Saya pun dalam jangka waktu 100 hari ini telah kehilangan 3 orang dekat bahkan teramat dekat. 1 orang temanku yang mati muda, kemudian Bu De, dan Akhir april lalu pamanku. Dan aku menjadi saksi kematian pamanku, di detik-detik terakhirnya.

Aku pikir dia tidak “pergi” dalam keadaan menderita. Karena satu tarikan nafasnya terakhir, menandakan dia ‘sukses’ pindah ke dunia lain. Mungkin itulah yang kukatakan indah. Tak ada kesakitan sama sekali.

Mungkin itu salah satunya. Belum lagi soal kotaku Palembang, Pilkadanya yang mulai rame, dan tentunya istriku.

Tapi sepertinya itu harus kejalani sebagian-sebagian. Keadaan yang memaksaku, harus seperti ini. Entah sampai kapan. Tapi aku tidak akan pernah menjelekkan oarng dengan nick name ku ini. Tak akan pernah. Tapi untuk sementara biarlah sepenggal jejak menjadi bagian dari diriku.

Bung Zen, terima kasih sekali lagi telah mampir. Anda memang seorang pejalan jauh, tidak hanya di dunia nyata, di dunia pemikiran, juga di dunia maya. Anda telah membuktikannya, dengan sering mampir ke para penziarah. Terima kasih semangatnya.

Tabik.