Jumat, Februari 01, 2008

Suharto, Banjir Jakarta, harga naik, apalagi ya….

Ini mungkin postingan awal bulan ini. Suharto yang selama satu bulan ini mendominasi pemberitaan media-media Indonesia, akhirnya tutup usia. Mungkin inilah akhir cerita tentang mantan orang nomor satu Indoensia ini. Karena saya tak yakin, setelah itu kausu-kasunya aklan diselesaikan. Yang ada hanyalah polemik pihak-pihak tertentu yang sekedar cari muka kepada rakyat. Ya, semoga pembicaraan yang menghabiskan energi ini di tutup juga.

Yang kedua, soal banjir di Jakarta,juga telah melelahkan kita. Semua orang sepkat bahwa : Sudah saatnya pusat pemerintahan dipindahkan dari sana. Jakarta sudah teramat berat bebannya. Tidak hanya itu, semua pihak, pebisnis misalnya, sidah harus berpikir, janganlah menjadikan Jakarta sebagai pusat. Masih banyak daerah lain yang potensial. Mungkin ini juga masih bisa diperdebatkan. Maka inilah tugas dari pengambil kebijakan.

Yang ketiga, soal harga-harga yang terus naik. Capeee…deh….kapan di negeri ini, harga tidak naik. Kalaupun tidak naik dicair-cara alasannya agar naik. Ditimbun, pupuk ditahan, benih dipalsukan dan sebagainya. Semuanya juga akhirnya berbicara soal keuntungan. Dan mengeluhakan kaalu keuntungan tidak bertambah.

Kita cinta negeri ini, kita mengabdi kepada negeri ini. Kita tinggal di negeri ini. Tapi, mbok ya, para pemimpin…berpikirlah untuk rakyat negeri ini. Presiden gak perlulah turun ke pasar, kan, ada menteri, gubernur, walikota. Ngapain susah-susah ke pasar harga toh gak turun juga. Malah nyusain orang ke pasar karena pengamanan yang dilakukan. Harusnya membuat kebijakan agar harga tidak naik. Pemerintah punya hak untuk itu. Jangan menjadikan alasan itu merupakan kehendak pasar atau istilah kerennya mekanisme pasar. ANDA PUNYA HAK MENGATURNYA. JANGAN DIATUR OLEH ORANG. Masyarakat sudah teramat lelah. Yang terjadi saat ini hanyalah keputusasaan dan kepasrahan.

Jadi stop kepada semua kalangan untuk tebar pesona dan tebar wacana. Bertindaklah untuk negeri ini.

Tidak ada komentar: