Selasa, Juni 10, 2008

Sepotong cerita di sepenggal malam menjelang kenaikan BBM 24 Mei

Malam Sabtu, seharusnya menjadi malam kegembiraan sebagian orang, karena besoknya harus libur, tapi malam ini, kok suasananya begitu lain. Dikatakan mencekam, tidak juga. Tapi menggerahkan saja.

Ya, malam ini, pemerintah memaksakan keehndaknya untuk mengumumkan kenaikan BBM. Aku yang sengaja memantau perekbangan kota malam ini, merasa sangat miris, melihat begitu panjangnya antrian di hampir semua SPBU. Padahal sampai sore tadi, masih biasa-biasa saja. Antriannya pun tidak sampai dijalan.

Sementara ini, antrian sudah melebihi 500 meter panjangnya di beberapa SPBU. Dan yang paling banyak ngantri adalah sepeda motor. Kenapa ya, orang-orang hanya untuk mendapatkan bensin sebanyak 2 atau 3 liter harus rela antri berjam-jam.

Sulit didapat jawabannya.

Malam ini, aku melabuhkan badanku ke sebuah gerobak gorengan warung di Simpang kayu agung palembang. Masih malas pulang ke rumah.

Seorang laki-laki tua, yang aku taksir usianya ekitar 65 tahun, menjadi penunggu warung tersebut. Aku memesan beberapa pempek yang sudah nampak dingin.

Dia menawarkan untuk dipanaskan aku menolaknya.

Di gerobak itu, aku dengar suara menteri ESDM, sedang mengumumkan harga baru BBM. Stasiun radio yang di dengar bapak itu, kebetulan menyiarkannya. Padahal aku sudah tidak mau mendengar suara menteri itu. Muak.Nampak kecemasan di wajahnya Bapak itu.

Setelah sang menteri mengumumkan harga-harga baru BBM itu, nampak perubahan air muak di wajah laki-laki tua itu.

”Naik lagi BBM,” katanya,” Semakin berat beban hidup.”

Aku hanya tersenyum kecut.

”Apakah gak ada cara lain ya, ...Apakah memang harus seperti ini,” katanya.

Aku tetap tidak bisa menjawabnya..........

Sementara di radio itu, aku dengar kemudian, suara Iwan fals menyanyikan lagu Galang rambu Anarki, ” ......BBM naik tinggi, susu tak terbeli, orang pintar cari subsidi...”.

Radio cerdas. Bapak tua itu termenung
Aku miris. Teringat istri dan calon bayiku.

Tengah malam, 24 Mei 2008 (catatan tertinggal)

-------------

Hari ini, orang-orang sepertinya lupa dengan kenaikan BBM ini. Ya mau diapakan lagi, ...tapi sambil menggerutu, berkeluh kesah sedin. Nyumpah dan sebagainya.

Harga-harga makin tinggi. Sementara orang masih sibuk berwacana. DPR baru akan meng-interpelasi kenaikan harga-harga, bukan kenaikan harga BBM nya. Entah kapan akan ber-rapat ria. Tunjuk wajah di televisi. Paling banyak yang tidur. Yang datang juga paling segelintir.

Cuma mahasiswa saja yang masih bertahan. Sayang mereka tidak mendapat dukungan. Karena orang, hari ini, hanya berbicara soal kebebasan..kebebasan...dan kebebasan...makanya terjadilah saling serang tanggal 1 Juni lalu.

Pemerintah tepuk tangan, berhasil mengalihkan isu.

Ya, Bangsa kita memang bangsa pelupa. Dan Pemerintah kita adalah pemerintah yang lupa (juga tidak ingat dengan rakyat).

”Sori anda-anda yang ada di atas, saya hari-hari ini hanya mengutuki anda, karena saya lihat betul bagaimana menderitanya rakyat, termasuk saya juga....Omong ksosong soal harga minya, subsidi dan sebagainya.....Bulshit”

Tabik.